Tinggal hitungan jam ajaran baru akan segera dimulai. Segala persiapan sudah dilakukan oleh pihak sekolah untuk memulai kembali kegiatan belajar dan mengajar, tentunya dengan sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya.
Tidak hanya secara administrasi saja namun hal utama adalah kualitas dari sumber daya manusia yang memiliki peran penting didalamnya. Sebagai bekal tersebut, Senin-Rabu (8-10/7/24) selama tiga hari berturut-turut guru sekolah akhlaq SMP Muhammadiyah 9 Surabaya ‘kulakan ilmu’ melalui kegiatan pelatihan bertajuk Peningkatan Mutu Guru dalam Implementasi Kurikulum Merdeka Tahun Ajaran 2024/2025.
Menurut Ustad Novi Amirul Fatah selaku kepala sekolah akhlaq menyampaikan bahwa sebagai seorang pendidik harus memiliki semangat untuk terus upgrade diri menambah ilmu wawasan. Tidak hanya menjual (ilmu) tapi juga harus terus kulakan agar bisa terus memberikan yang terbaik untuk peserta didik.
“Ayo bersama-sama tidak berpuas diri kita harus keluar dari zona nyaman. Selama satu tahun ajaran kemarin kita sudah menjual ilmu sekarang waktunya kulakan agar bisa selalu memberikan yang terbaik untuk anak-anak”, ungkapnya dalam sambutan pembukaan kegiatan di Ruang CBT sekolah akhlaq.
Selama kurun waktu tiga hari guru sekolah akhlaq menerima materi yang berbeda.
Materi pertama berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi. Tujuannya agar ustad/ah lebih memahami implementasi kurikulum merdeka dalam pembelajaran di kelas. Dalam prosesnya pemateri oleh fasilitator sekolah penggerak Ibu Doktor Sri Sutarsih mengajak ustad/ah untuk berdiskusi mengenai modul ajar yang sudah dibuat. Mempresentasikan hasil serta memberikan umpan balik hal baik dan saling memberikan masukan.
Berlanjut dihari kedua oleh Ibu Laksmi, S.Psi, Psikolog yang membahas bagaimana mengenali peserta didik dengan hambatan belajar disleksia. Tentu hal ini menjadi wawasan baru agar sebagai seorang pendidik bisa melaksanakan pembelajaran secara inklusif dan bisa memenuhi kebutuhannya secara optimal.
Materi hari terakhir adalah tentang pencegahan perundungan di lingkungan sekolah dan penguatan kualitas layanan standarisasi sekolah ramah anak. Sesi pertama disampaikan oleh Ibu Dita Amalia, M.Psi seorang psikolog rekanan Puspaga Kota Surabaya. Dalam penjelasan beliau banyak share mengenai fakta masalah remaja kini dan bagaimana sebagai pendidik mengatasinya.
“Membangun empati anak salah satu cara yang bisa dilakukan untuk meminimalisasi perundungan. Dengan cara validasi perasaan yang dirasakan anak salah satunya”, terang psikolog yang juga director of PLATO foundation.
Sesi akhir ditutup dengan materi yang tidak jauh beda karena berkaitan dengan penguatan standarisasi layanan sekolah ramah anak. Dalam pemaparannya beliau berharap sekolah mampu menjadi tempat belajar yang dapat memenuhi hak anak. Menjadi tempat yang bisa melayani anak dengan baik, memenuhi kebutuhan anak sesuai haknya dan memberikan kepentingan terbaik. Menariknya materi yang disampaikan selalu dikaitkan dengan ayat Al-Qur’an dan hadits.
“Anak-anak yang datang ke sekolah ini sudah pasti atas ijin Allah. Karena anak-anak oleh Allah dihadirkan dalam keadaan fitrah sehingga di sekolah ini saya percaya akan dijaga tetap menjadi anak yang nantinya kembali dalam keadaan fitrah”, pesan perempuan yang menjabat sebagai ketua pendidik berprespektif hak anak tingkat nasional itu.
Kesan positif disampaikan oleh ustazah Rita Purnamasari selaku kaur kurikulum sekolah Akhlaq. Dirinya mengaku banyak hal baru yang didapatkan dari kegiatan pelatihan ini.
“Alhamdulillah diluar ekspektasi tiga hari didampingi oleh empat narasumber yang ilmunya masyaallah sekali, sehingga kami enjoy senang dan paling penting membuka paradigma kami sebagai pendidik dalam implementasi kurikulum merdeka, pembelajaran berdasarkan murid, bersama-sama mencegah adanya bullying di lingkungan sekolah dengan memberikan hak anak secara baik”, jelas Rita.
“Materi terakhir oleh Ibu Bekti juga secara tidak langsung banyak ilmu parenting yang disampaikan, jadi banyak insight baru yang bisa diterapkan sebagai orang tua di sekolah maupun sebagai orang tua di rumah”, imbuhnya.
“Harapannya guru-guru bisa mengimplementasikan materi pelatihan dengan metode 3M. Mulai dari diri sendiri,mulai dari sekarang dan mulai dari hal yang kecil. Sesuai dengan tema yg diusung “tergerak,bergerak dan menggerakkan”, pungkasnya dalam akhir sesi. (Risalatin N.)