Peserta didik putri sedang praktik memarut kelapa
SMP Muhammadiyah 9 Surabaya (Sekolah Akhlaq) tiada henti untuk mengembangkan diri, baik secara fisik maupun kualitas. Selain mendorong prestasi dalam bidang akademik maupun nonakademik, sekolah yang belum lama ini mendapatkan akreditasi A untuk lima tahun ke depan dari BAN S/M itu tak lupa juga membekali soft skill peserta didiknya.
Dikemas dalam program kelas keputrian dan keputraan, soft skill yang diajarkan pun beragam mengenai aktivitas yang sering dan pastinya butuh dilakukan dalam keseharian sesuai gender. Selasa (23/5) materi yang dipraktikkan adalah memarut kelapa (untuk putri) dan belajar teknik memasang baut mur (untuk yang putra).
Materi memarut kelapa dipilih karena peserta didik putri mungkin masih banyak yang tidak pernah, bahkan tidak bisa melakukannya. Apalagi di pasar sudah banyak penjual yang menawarkan kelapa hasil parutan mesin juga santan instan dalam bentuk kemasan.
Dalam penyampaian materi, Ustazah Devie menjelaskan bahwa jenis parutan kelapa yang sering dilakukan ada dua macam, yakni parutan pendek untuk santan dan parutan panjang untuk beberapa jenis makanan seperti serundeng, taburan klepon, dan urap-urap.
Dengan bentuk yang berbeda, caranya pun berbeda. Untuk bisa mendapatkan parutan kelapa santan, kelapa diparut berada pada posisi tegak (vertikal). Namun untuk mendapatkan parutan panjang serundeng dan pelengkap jajanan, memarutnya dengan posisi horizontal.
“Perhatikan posisi ketika memarut itu berpengaruh pada hasilnya sesuaikan dengan kebutuhan yang diinginkan untuk apa. Hati-hati juga agar tangan tidak cidera,” terang Ustazah Devie sembari memberikan contoh.
Reaksi peserta didik dalam mengikuti kelas keputrian terlihat bermacam-macam. Ada yang antusias, senang, biasa saja, dan tidak sedikit yang masih kebingungan mempraktikkannya.
Salah satunya Kurnia Zahrotussita, peserta didik kelas VIII-D. Dia mengaku senang karena mendapat ilmu dan pengalaman baru mengingat dirinya yang jarang sekali mengunjungi dapur.
“Seneng banget jadi tahu cara memarut kelapa ternyata ada tekniknya. Jujur tidak pernah juga marut kelapa. Sekarang karena sudah tahu, jadi nanti bisa membantu ibu,” jelasnya sambil tertawa.
Salah satu peserta didik putra sedang praktik menggunakan obeng pada media kayu
Tak kalah serunya dengan kelas keputrian, peserta didik laki-laki yang tergabung dalam kelas keputraan juga mendapatkan ilmu mengenai cara menggunakan alat sederhana yang ada di rumah seperti obeng, baut, sekrup, dan mur.
Dibimbing langsung oleh Ustadz Fajrin, mereka terlihat bersemangat melakukan tugas sesuai instruksi yang diberikan, kemudian praktik langsung dengan peralatan yang dibawa dari rumah oleh masing-masing anak. Dengan menggunakan media kayu mereka dibebaskan untuk menggunakan alat yang dibawa tersebut.
“Ternyata tidak gampang ngobeng itu. Saya agak bingung sehingga tadi langsung saya palu saja pakai gagangnya obeng,” ujar Nafis salah satu peserta didik yang sebelumnya tidak pernah melakukannya.
Melihat respons demikian, tentu kelas keputrian dan keputraan menjadi sangat penting dilakukan sehingga anak-anak mendapat bekal ilmu keterampilan sehari-hari.
“Nantinya anak-anak pasti akan menghadapi fase di mana mau tidak mau harus melakukan hal itu seperti marut kelapa, ngobeng, dan pekerjaan rumah tangga lainnya sehingga sekolah menginisiasi untuk diadakan kelas keterampilan seperti ini insya Allah semoga bisa konsisten,” jelas Ustazah Devie di akhir sesi kelas. (Risalatin N.)