Sekolah akhlaq SMP Muhammadiyah 9 Surabaya mendapatkan predikat sebagai sekolah penggerak setelah melalui rangkaian seleksi dari kemendikbud. Sekolah penggerak itu sendiri nantinya diharapkan mampu mewujudkan visi pendidikan Indonesia yang melahirkan generasi berkarakter sesuai dengan profil pelajar pancasila.
Untuk mendukung hal tersebut sekolah akhlaq menggelar kegiatan In House Training (IHT) selama satu pekan (6-14/7/23) dan PMO Pokja Manajemen Operasional Jum’at (18/8/23).
Kegiatan IHT itu sendiri adalah tindak lanjut pasca pelatihan komite pembelajaran yang dilakukan oleh tiga ustad/ah diantaranya kepala sekolah, kaur kurikulum sebagai wakil guru dan guru bk. Tindak lanjut yang bersifat diseminasi itu dilaksanakan secara tatap muka dengan presentasi dan diskusi. Ustazah Rita dan Ustazah Devie selaku komite pembelajaran menjadi narasumber untuk memaparkan materi seputar elemen pembelajaran dalam kurikulum merdeka.
Menurut penuturan ustad-ustazah yang terlibat dalam kegiatan, banyak insight baru yang didapatkan. Yang sebelumnya masih ngambang tentang kurikulum merdeka kali ini mulai ada pencerahan bagaimana ketika nanti diterapkan dalam pembelajaran.
‘Setelah kegiatan IHT ini saya menjadi lebih paham bagaimana kurikulum merdeka, bagaimana membuat modul ajar memahami CP, TP, dan ATP. Bagi saya juga hal terpenting setelah memahami perangkat pembelajaran adalah bagaimana mengondisikan peserta didik di kelas dengan penerapan kurikulum merdeka tersebut’, ungkap Ustad Farid Syahrizal selaku guru mapel Matematika.
Selain kegiatan IHT, Pokja Manajemen Operasional (PMO) sebagai kegiatan lanjutan dari IHT juga dilakukan. Kegiatan secara daring ini langsung dihandle oleh fasilitator guna mengevaluasi, merefleksi dan diskusi terkait pelaksanaan sekolah penggerak yang sudah dijalankan khususnya dalam hal penerapan kurikulum merdeka.
Dr. Sri Sutarsi, M.Si selaku fasilitator sekolah penggerak membukanya dengan menanyakan apa yang sudah dijalankan hingga kendalanya di sekolah akhlaq. Masing-masing ustad ustazah secara bergantian menyampaikan apa yang sudah dilakukan di kelas dalam menerapkan kurikulum merdeka.
‘Pada pertemuan awal saya melakukan asesmen diagnostik kepada peserta didik dengan memberikan tes awal pola bilangan dan instrumen gaya belajar. Dari hasil itu saya bisa mengetahui kemampuan dasar pemahaman matematika dan gaya belajar anak-anak. Jadi kedepan saya bisa menyesuaikan treatment yang sesuai dengan mereka’, jelas Ustazah Rita selaku pengampuh mapel Matematika kelas VII.
Dijelaskan lebih lanjut beliau juga berharap dengan PMO yang akan berlangsung selama enam bulan kedepan ini bisa terus mendapatkan pendampingan, arahan dan masukan dari fasilitator maupun pengawas sekolah sehingga sekolah akhlaq bisa menjalankan program sekolah penggerak dengan optimal. (Risalatin N.)